Selalu Salah Dimata Keluarga
Selalu Salah di Mata Keluarga Suami
Saya ibu dari 3 anak. Saya selalu bikin masalah menurut keluarga dari suami dari mertua sampai uwa, bibi, kakak ipar, adik ipar, sampai anak-anak mereka dan ponakan selalu anggap saya salah. Berani membentak dan menyalahkan. Mereka selalu menghakimiku tanpa ada kesempatan saya memberikan penjelasanya. Saya tidak tahu, bagaimana semua yang saya lakukan selalu salah. Kadang tidak ngerti semua orang dan keluarga dari suami menjauhi saya. Saya tidak pernah mengusik hubungan orang lain tetapi mereka berani menganggu rumah tangga saya. Aku dah sering mau pisah sama suami akibat pertengkaran kecil dari keluarganya. Saya bisa saja pisah sama suami tetapi saya menghawatirkan anak-anak saya yg masih butuh perhatian saya. Terima kasih mohon tanggapan, apa yang seharusnya saya lakukan. LM – Perempuan
Memang menjalin hubungan dengan mertua atau ipar dan keluarga besarnya bukan sesuatu yang mudah, karena kadang-kadang bertentangan dengan apa yang kita inginkan atau harapkan. Sering merasa disalahkan terus menerus, pasti membuat kita merasa sedih dan dapat berkembang menjadi rasa kecewa, merasa tidak dimengerti yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap hubungan kita dengan pasangan di dalam perkawinan.
Setiap perkataan atau perbuatan mertua yang disampaikan seperti menyalahkan diri kita, coba tanyakan kepada diri kita sendiri sebagai bahan evaluasi diri terkait dari benar atau tidaknya perkataan dari mertua atau ipar atau keluarga besarnya. Bila terbiasa melakukan evaluasi dan introspeksi terhadap perkataan orang terhadap kita, kita akan terbiasa untuk memilah milah mana perkataan yang bisa diabaikan, mana yang dijadikan introspeksi, dan mana yang perlu disampaikan kepada orang yang bersangkutan. Dalam hal ini mungkin juga bisa dengan menetapkan batasan yang jelas, tegas dan konsisten. Apalagi dengan banyaknya anggota keluarga dari suami yang sering melakukan hal yang tidak mengenakkan, akan lebih baik untuk membatasi diri. Dan coba perbaiki hubungan anda dengan suami anda. Ajaklah diskusi suami, buat suami berada dipihak istri. Karena yang bisa mengendalikan sikap keluarganya adalah suami anda dimana ia lah yang paham bagaimana karakteristik dari setiap anggota keluarganya.
Apabila suami selalu mudah distir oleh orang tua atau keluarga besarnya, hal itu bisa jadi bumerang dalam rumah tangga anda dan suami. Dan salah satu penyebab adanya kata perpisahan adalah ketika orang tua atau keluarga besarnya terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya. Komunikasikan baik-baik dengan suami, buatlah kesepakatan dengan suami agar suamilah yang menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan apa yang terjadi dan bagaimana langkah yang seharusnya. Semoga membantu
Konsultasi ini dijawab oleh : Prapti Madyo Ratri, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Untuk keperluan konsultasi offline untuk secara personal berkonsultasi intensif dengan para psikolog profesional kami. Bisa menghubungi KPT insight di nomor +62 851-5800-6558. Salam hangat dari tim konsultasi online Fakultas Psikologi UMK.
Wir verwenden Cookies und Daten, um
Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um
Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.
Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.
Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.
sumpah gak pernah bosan dengar lagu nyaa😔😢
Hari ini tepat di sore hari, ku duduk dalam kesendirian, kesepian merenungi perjalanan hidupku dalam usia 20 tahun ini. Belum ada suatu hal yang membanggakan dan membahagiakan di dalam hidupku, semuanya hanyalah titik-titik air mata yang turun memmbahasi pipi yang penuh jerawat ini, karena beban pikiran yang selalu ada. Beban pikiran yang berasal dari orang-orang di sekelilingku. Mereka yang selalu menggerogoti pikiranku, melarang ini melarang itu dan harus begini.. hidup yang serba aturan, hidup yang serba makian, hidup yang penuh dengan undang- undang.
Namun, ketika ku beranjak dari duduk perenungan , ketika kuingin melakukan suatu hal yang di luar keinginan mereka, apa yang mereka katakan adalah apa yang membuatmu seperti ini, apakah karena seorang laki-laki, seorang anak durhaka, dan lontaran-lontaran hujatan yang tidak asing lagi di telinga ini. Yang membuatku kadang meneteskan air mata tidak tahu apa yang sedang kurasakan.
Kenapa selalu seperti ini, mulai dari bangun tidur, semua hal harus di atur, sampai jam 10.00 pagi aku membersihkan rumah, dan terkadang hanya memasak nasi dan air panas. Karena hanya itu tanggung jawab yang diberikan, tidak pernah ku di beri kesempatan untuk mencoba hal-hal baru. Dan ketika ku ijinkan untuk memasak atau lainnya yang jarang ku lakukan, selalunya saja melakukan kesalahan, salah, salah, dan salah.
Aku di anggap oleh mereka orang yang bodoh, orang yang tidak tahu bertanya dan lainnya, akan tetapi kenapa ketika ku bertanya, jawaban apa yang mereka lontarkan kepadaku, " sudah beberapa kali aku mengajarimu mengenai hal ini, kenapa kamu belum tahu juga, dasar anak bodoh, (dengan suara dan marah dan memukulku dengan apapun yang dia pegang, entah itu piring, gelas dan tangannya)".
Hampir setiap hari itu terjadi, ketika hal itu terjadi, selalu saja aku melakukan kesalahan yang sama, karena ketika dia memarahiku dengan berbagai hal yang tidak ku tahu asalnya, aku selalu mengelak dan mengatakan tidak pada suatu hal yang tidak pernah terjadi padaku.. inilah diriku yang tidak ingin dianggap jelek di mata mereka baik dalam hal apapun.
Hal ini terjadi, sudah lama sekali mulai dari awal ku kecil sampai sekarang ini, karena ku dibesarkan dengan cara keras hidup yang serba harus dilakukan menurut kemauan mereka, sehingga untuk mengatakan dan mengungkapkan perasaan sayang, cinta, benci dan lainnya ini tidak pernah tercurahkan kepada orang-orang disekitarku.. aku hanya ingin mengatakan kepada mereka bahwa aku ingin seperti ini, aku tidak ingin melakukan ini dan lainnya.
Akankah hal itu terjadi ATAUKAH hanya dalam angan-anganku saja. Semua rasa itu hanya akan tersimpan di dalam pikiran dan lubuk hati ini, karen tidak pernah ada orang yang mau mengerti dan mendengar jeritan hati ini... jeritan hati orang yang tertutup, jeritan hati seorang anak manusia yang tidak pernah mencinta dan dicintai, sungguh kehidupan yang sangat menyedihkan untuk diceritakan.;;'''
Dan ketika ku menulis ini, air matapun jatuh tidak bisa tertahankan, membebaskan segala pikiran yang ada di otak ini yang tidak tahu harus ku ungkapkan kepada siapa, mungkin inilah caraku untuk mengeluarkan isi hati yang tidak pernah aku ungkapkan, dan tidak akan pernah ada yang ingin mendengarnya. Inilah aku yang hidup dalam pikiran dalam diam, serta perbutan dalam diam pula...
KARENADiam bukan berarti ku tak mampuDiam bukan berarti ku takutDiam bukan berarti tidak percaya diriDiam bukan karena ingin melepasmu
Tapi diam ku adalah bentuk kekuatan yang sangat besar yang ada di dalam jiwa, dengan memberikan kebebasan terhadap apapun yang ingin kamu lakukan dan membuatmu bahagia. Karena aku akan bahagia dalam keterpakuan dalam duduk melihat skenario kehidupan yang Allah ciptakan untukku. entah aku mampu menjalaninya ataukah aku akan terjatuh kembali dalam jurang perasaan terdalam dalam hati ini.
Terkadang diam ini, membuatku bahagia, akan tetapi bersamaan itu datang pula duka dalam diriku karena tak mampu memiliki mereka.
Lihat Cerpen Selengkapnya